Jangan Disepelekan, Ini Bahaya Komplikasi dari GERD

Jangan Disepelekan, Ini Bahaya Komplikasi dari GERD

Bagikan :


GERD (gastroesophageal reflux disease) adalah salah satu gangguan pencernaan yang ditandai dengan naiknya asam lambung secara berulang dalam jangka waktu panjang. Ketika asam lambung naik ke kerongkongan, akan muncul rasa terbakar di dada atau yang dikenal dengan istilah heartburn. Umumnya hal ini akan diikuti dengan rasa pahit di mulut, sering sendawa, merasa seperti ada makanan tersangkut di dalam kerongkongan, serta nyeri di dada atau di ulu hati. 

GERD dan penyakit jantung

Sering kali kondisi nyeri dada pada GERD disamakan dengan serangan jantung atau gejala penyakit jantung koroner. Namun dilansir dari WebMD, para ahli menyatakan bahwa nyeri dada pada pasien GERD umumnya tidak berhubungan dengan penyakit jantung. Patofisiologi penyakit yang terjadi antara GERD dan penyakit jantung juga berbeda. Meskipun demikian, jika Anda merasakan nyeri dada baik karena GERD maupun penyebab lainnya sebaiknya segera periksakan ke Instalasi Gawat Darurat untuk mendapatkan penanganan. Nyeri dada yang terlambat ditangani dapat berakibat fatal. 

Komplikasi akibat GERD

Dilansir dari Healthline, meskipun GERD sendiri bukanlah penyakit yang mengancam nyawa, jika tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan komplikasi serius. Beberapa penyakit komplikasi akibat GERD di antaranya: 

1. Esophagitis dan striktur esofagus

Esofagitis adalah peradangan di saluran esofagus akibat naiknya cairan asam lambung ke esofagus. Esofagitis bisa membuat pasien terasa sakit dan sulit menelan. JIka GERD tidak ditangani dengan benar, iritasi asam lambung yang berkepanjangan dapat menyebabkan luka di bagian bawah dinding kerongkongan. Keadaan ini membuat jaringan parut muncul dan terjadi penyempitan esofagus. Kondisi ini dikenal dengan istilah striktur esofagus. Akibatnya pasien akan kesulitan makan dan minum, sering mulas, juga batuk atau tersedak saat menelan. 

2. Ulkus Esofagus

Asam lambung yang naik dari lambung dapat menyebabkan iritasi di saluran esofagus dan menyebabkan luka. Luka pada esofagus ini ditandai dengan beberapa gejala, di antaranya nyeri saat menelan, mual dan muntah, BAB berdarah, dan heartburn. Namun seringkali luka pada esofagus tidak menimbulkan gejala. Seringkali kondisi ini baru menunjukkan gejala ketika kondisi lambung sudah terluka parah. 

4. Pneumonia aspirasi

Pneumonia aspirasi adalah peradangan pada paru-paru akibat masuknya benda asing ke dalam paru-paru. Dalam hal ini, asam lambung termasuk salah satunya. Naiknya asam lambung ke tenggorokan atau mulut juga dapat masuk ke paru-paru dan menimbulkan gejala seperti demam, nyeri dada, kesulitan bernapas dan mengi. Bedakan tenggorokan dengan kerongkongan, ya! Tenggorokan berhubungan dengan saluran pernapasan dan kerongkongan berhubungan dengan saluran cerna.

5. Barret’s esophagus

Barret’s esophagus adalah kondisi yang menyebabkan sel kerongkongan mengalami kerusakan akibat paparan asam lambung dalam jangka waktu lama. Pada Barret’s esophagus, sel-sel skuamosa yang melapisi esofagus bawah digantikan oleh sel-sel kelenjar.

Hingga kini belum dapat diketahui penyebab terjadinya Barret’s esophagus namun para ahli mengungkapkan bahwa sel-sel kelenjar ini dapat berkembang menjadi kanker yang menyebabkan kanker esofagus. Sebagai langkah pemeriksaan, pasien Barret’s esophagus dapat diminta melakukan endoskopi secara berkala untuk mendeteksi penyakit ini.

6. Kanker esofagus

GERD yang tidak diatasi juga dapat meningkatkan risiko kanker esofagus atau kanker kerongkongan. Kanker ini umumnya tidak menunjukkan gejala di stadium awal dan baru diketahui gejalanya setelah mencapai stadium akhir. Beberapa gejala kanker esofagus di antaranya sulit menelan, berat badan turun, batuk dan nyeri dada.

GERD yang sering diabaikan dan tidak mendapat penanganan yang tepat dapat menyebabkan sejumlah komplikasi dan risiko penyakit serius. Jika Anda mengalami gejala naiknya asam lambung atau GERD maka sebaiknya segera periksakan ke dokter untuk mendapat penanganan.

Writer : Ratih AI Care
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 03:12